Objek dan Ruang Lingkup Kajian Sintaksis

Objek dan Ruang lingkup Kajian Sintaksis

Objek kajian sintaksis ini merupakan struktur internal kalimat. Didalam sintaksis dikaji itu struktur frase, klausa, dan kalimat. Frase sendiri merupakan objek kajian sintaksis yang terkecil serta kalimat sendiri merupakan objek kajian sintaksis yang terbesar. Berhubungan dengan frase dikaji struktur frase, unsur pembentuk frase. Relasi antara unsur frase, proses pembentukan frase serta jenis frase.Berhubungan dengan klausa mengkaji struktur klausa, unsur pembentuk klausa, relasi antar klausa, proses pembentukan klausa serta jenis klausa. Berhubungan dengan kalimat mengkaji strukur kalimat, unsur pembentuk kalimat, relasi antar unsur kalimat serta jenis kalimat.
1. Frase
Dalam sejarah studi linguistik istilah frase banyak digunakan dengan pengertian yang berbeda-beda.
a.Pengertian Frase
Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Frase berupa morfem bebas, bukan morfem terikat. Frase bersifat nonprediktif, artinya hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase itu tidak berstruktur subjek-predikat atau predikat-objek.
b. Jenis Frase
Frase dibedakan atas (1) frase ekosentrik, (2) frase endosentrik, (3) frase koordinatif, dan (4) frase apositif.
1) Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frase eksosentrik biasanya dibedakan atas frase eksosentrik yang direktif dan frase eksosentrik yang nondirektif. Frase eksosentrik yang direktif komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang biasanya berkategori nomina. Karena komponen utamanya berupa preposisi, maka frase eksosentrik yang direktif ini lazim juga disebut frase preposisional.

Frase eksosentrik yang nondirektif komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang atau kata lain seperti yang, para, dan kaum; sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektifa, atau verba.
2) Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frase endosentrik ini lazim juga disebut + karena komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu (Inggris head) mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulu itu. Selain itu, frase endosentrik ini lazim juga disebut frase subordinat karena salah satu komponennya, yaitu yang merupakan inti frase berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan komponen lainnya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan.

Dilihat dari kategori intinya dapat dibedakan adanya frase nominal, frase verbal, frase ejektival, dan frase numeral. Yang dimaksud frase nominal adalah frase endosentrik yang intinya berupa nomina atau pronomina. Frase nominal ini di dalam sintaksis dapat menggantikan kedudukan kata nominal sebagai pengisi salah satu fungsi sintaksis. Yang dimaksud frase verbal adalah frase endosentrik yang intinya berupa kata verba; maka oleh karena itu, frase ini dapat menggantikan kedudukan kata verbal di dalam sintaksis. Yang dimaksud frase ajektifa adalah frase endosentrik yang intinya berupa kata ajektifa. Yang dimaksud frase numeral adalah frase endosentrik yang intinya berupa kata numeral.
3) Frase Koordinatif
Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama atau sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal seperti dan, atau, tetapi, maupun konjungsi terbagi seperti baik ... baik, makin ... makin, baik ... maupun .... Frase koordinatif ini mempunyai kategori sesuai dengan kategori komponen pembentuknya. Frase koordinatif yang tidak menggunakan konjungsi secara eksplisit, biasanya disebut frase parataksis.

4) Frase Apositif
Frase apositif adalah frase koordinatifyang kedua komponennya merujuk sesamanya; dan oleh karena itu, urutan komponennya dapat dipertukarkan. Misalnya:
  • Pak Ahmad, guru saya, rajin sekali. 
  • Guru saya, Pak Ahmad, rajin sekali.
c. Perluasan Frase
Salah satu ciri frase adalah bahwa frase itu dapat diperluas. Maksudnya frase itu dapat diberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan ditampilkan. Dalam bahasa Indonesia perluasan frase ini tampaknya sangat produktif. Hal ini karena untuk menyatakan konsep-konsep khusus, atau sangat khusus, atau sangat khusus sekali, biasanya diterangkan secara leksikal.
4. Klausa
Klausa merupakan tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan di bawah tataran kalimat.
a. Pengertian Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, atau keterangan. Fungsi subjek dan predikat boleh dikatakan wajib, sedangkan fungsi lain bersifat tidak lain.
b. Jenis Klausa
Jenis klausa dapat dibedakan berdasarkan strukturnya dan berdasarkan kategori segmental yang menjadi predikatnya. Berdasarkan strukturnya dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya subjek dan predikat. Sedangkan klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap, mungkin hanya subjeknya saja atau predikatnya saja, atau mungkin keterangan saja.
c. Intonasi kalimat
Intonasi merupakan salah satu alat sintaksis yang sangat penting. Intonasi dapat berwujud nada, tekanan, dan tempo. Dalam bahasa Indonesia, intonasi tidak berlaku pada tataran fonologi danmorfologi, melainkan hanya berlakuk pada tataran sintaksis. Tekanan yang berbeda akan menyebabkan intonasi yang berbeda, akibatnya makna keseluruhan kalimat pun akan berbeda.
6. Wacana
Kalimat atau kalimat-kalimat hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih besar yang disebut wacana.
a. Pengertian Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, sehingga dalam hierarkial gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu terdapat konsep yang utuh yang bisa dipahami oleh pembaca atau pendengar. Sebagai satuan gramatikal tertinggi, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal.
b. Alat-alat Wacana
Alat-alat gramatikal yang digunakan untuk membuat wacana menjadi kohesif, antara lain:
  • Konjungsi 
  • Kata ganti 
  • Elipsis, yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama.
c. Jenis Wacana
Jenis wacana ada wacana lisan dan wacana tulis berkenaan dengan sasarannya. Kemudian ada pembagian wacana prosa dan wacana puisi dilihat dari pengguanaan bahasa apakah dalam bentuk uraian atau puitik. Wacana prosa dilihat dari isinya dibedakan adanya wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana arguments 


Baca Juga :
Pengertian Sintaksis, Struktur, Alat, Bentuk, Konektor, Intonasi, Objek dan Ruang Lingkup Sintaksis

LANJUT DOWNLOAD 

Comments

In Our Opinion and Learning