MENEJEMEN WAKTU SEBAGAI PONDASI UTAMA
DALAM MEMBANGUN MINAT BACA
Rizqi Abdul Majid
Universitas Pendidikan Indonesia
Abstrak
Minat baca di Indonesia terbilang cukup rendah banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya minat baca di Indonesia seperti kurangnya fasilitas yang tersedia dan tidak mendungkungnya lingkungan sekitar. Sehingga minat baca tidak muncul pada diri individu.. Terkadang timbulnya rasa malas pada diri seorang individu adalah kurangnya perencanaan kedepannya dalam merancang jadwal kehidupannya dan tidak adanya motivasi yang tinggi dalam mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Dengan demikian adanya menejemen waktu untuk mengatur waktu membaca seorang indivu. Sehingga adanya perancangan kedepannya untuk mengatur jadwal membaca, dengan langkah awal memaksakan diri seiringnya berjalannya waktu maka akan menjadi kebiasaan tersendiri bagi individu. Dengan demikian menejemen waktu dengan diiringi dengan motivasi yang tinggi akan menjadi pondasi utama dalam membangun minat baca.
Kata kunci : Minat baca, Motivasi, Menejemen waktu
1. PENDAHULUAN
Menurut Djamarah (2005: 24) dalam Agung and Bengkulu, 2014)), ”minat baca adalah keinginan dan kemauan kuat untuk selalu membaca setiap kesempatan atau selalu mencari kesempatan untuk membaca”. Namun sangat disayang kan minat baca di Indonesia sangat rendah seperti contoh kecil hasil penelitian dari survei The Political and Economic Risk Country (PERC), sebuah lembaga konsultan di Singapura, pada akhir 2001, menempatkan Indonesia di urutan ke-12 dari 12 negara di Asia yang diteliti. Sangat disayangkan peringkat minat baca di Indonesia sangat memperihatinkan. Sejalan dengan itu banyak factor yang membuat minat baca masyarakat di Indonesia sangat rendah seperti hal nya lingkungan yang tidak mendukung karena tidak adanya orang yang menjadi contoh dalam membaca sehingga kurangnya minat baca dengan diiringi kurangnya fasilitas yang tesedia.
Pembaca yang malas begitu mendapat buku tebal dan padat dengan istilah asing akan enggan membaca buku itu. Tetapi pembaca dengan motivasi yang tinggi akan membuka-buka buku bahkan buku yang kurang dipahaminya (Iswara, 2014). Dengan demikian dengan menejeman waktu yang baik dan diiringi motivasi yang tinggi maka akan timbul juga minat baca yang diharapkan. Lebih lanjut teknik minat baca ini dapat dikombinasikan dengan waktu membaca (Razak, 2004 dalam (Iswara, 2014)). Artinya dengan berbagai tehnik yang diberikan pun harus dikombinasikan dengan waktu yang baik. Sehingga banyak manfaat yang dapat di ambil dari proses menejemen watu. Dengan demikian menejemen waktu dengan diiringi motivasi yang tinggi dalam menggapai tujuannya akan menjadi pondasi utama dalam membangun minat baca, khususnya di Indonesia.
2. MENEJEMEN WAKTU
Individu pada dasarnya suka kebebasan dan tidak bersedia diperintah, kurang suka memikul tanggung jawab, tidak bersedia bekerja sama, suka mementingkan diri sendiri, bersedia bekerja yang ringan dengan penghasilan besar, sering melakukan pelanggaran misalnya terlambat datang di tempat kerja atau menunda-nunda pekerjaan. Indikasi indikasi tersebut mengarah pada perilaku yang tidak dapat memanfaatkan waktu secara efektif (McGregor dalam Sandra, 2013). Hidup pun tidak akan lepas dari waktu sehingga Waktu merupakan kuantitas yang dapat diukur dimulai dari detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun. Hitungan waktu merupakan bentuk upaya untuk menertibkan kekacauan (National Safety Council, 2003 dalam Nurhidayati, 2016)) .Sejalan dengan itu, waktu pun terus berjalan tidak akan menunggu dan tidak akan kembali. Sehingga sebaiknya manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk menjadi insan yang bermanfaat dan dapat memanfaatkan waktu dengan optimal. Perilaku tidak dapat memanfaatkan waktu atau menunda-nunda mengerjakan sesuatu disebut prokrastinasi (procrastintion), Individu yang melakukan prokrastinasi disebut procrastinator (Sandra, 2013)
Permasalahan kesulitan memanajemen waktu sering terjadi pada masa remaja. Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) (Nurhidayati, 2016) masa SMP merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa, pada masa ini remaja sangat rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif, di sisi lain remaja juga memiliki benih-beih potensi yang harus dikembangkan dan di arahkan untuk masa depan yang lebih biak. Sehingga menejemen waktu yang baik diperukan dalam kehidupan remaja karena secara psikologis, remaja rentan terpengaruhi oleh lingkungan sekitar, jika lingkungan baik maka akan mudah bagi remaja untuk menjadi baik pula sebaliknya jika lingkungan kurang baik, maka perlu pengarahan yang baik. Masa remaja merupakan masa d imana proses pencarian jati diri sedang dilakukan sehingga pada masa ini remaja mudah sekali terombang-ambing dan masih merasa sulit mengambil keputusan dalam kehidupan secara mandiri. . Kondisi kejiwaan yang labil mengakibatkan remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan.
Manajemen waktu memiliki beberapa aspek yang perlu diketahui oleh setiap siswa. Tiger (1999: 381 dalam Nurhidayati, 2016)) mengemukakan aspek-aspek dalam manajemen waktu yaitu: a) penetapan tujuan dan prioritas; b) mekanisme manajemen waktu; c) kontrol terhadap waktu. Penetapan tujuan dan prioritas dalam hal ini seorang individu harus memiliki target yang ingin dicapai dan diiringi dengan capai-capaian yang sudah terlaksana, sehingga adanya tekanan untuk mencapai tujuan tersebut dan jadikan tujuan tersebut sebagai prioritas dalam kehidupan. Setelah itu, pahami dan jalankan mekanisme menejemen waktu yang akan di jalankan, dengan adanya tujuan yang telah di terapkan maka siapkan jalan untuk mencapai tujuan tersebut. Setelah tujuan sudah ada dan mekanisme sudah siap di jalankan maka kontrol terhadap waktu sesuai dengan tujuan dan jalan yang sudah disiapkan. Misalkan seorang mahasiswa jurusan PGSD yang memiliki tujuan menjadi Pegawai Negri Sipil (PNS) dalam jangka waktu 3 tahun kedepan dengan memiliki mekanisme menejemen waktu nya dengan membagi waktu menjadi mahasiswa dan waktu menuju PNS dengan melatih diri dengan contoh soal CPNS yang sudah ada. Dengan demikian menejemen waktu sangat penting dalam kehidupan untuk mencapi tujuan tertentu. Pemahaman manajemen waktu perlu diukur agar dapat dievaluasi atau diperbaiki. Menurut Hasan (1991: 78), pemahaman diukur melalui tiga aspek pemahaman yaitu: a) pemahaman sebagai bentuk penerimaan; b) respon; dan c) penilaian terhadap suatu objek.
Efektivitas merupakan konsep yang sangat penting dalam organisasi, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya, yang menyangkut jawaban atas pertanyaan “sejauh mana sesuatu telah direncanakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah dicapai”. Secara umum, kefeektifan dihubungkan dengan pencapaian sasaran yang telah ditentukan atau dibandingkan hasil nyata dengan hasil ideal. Keefektifan menunjuk kepada hasil evaluasi terhadap proses yang menghasilkan keluaran yang dapat diamati.(Kholisa, 2012) Pemahaman siswa tentang manajemen waktu akan membentuk pribadi yang disiplin. Siswa harus terlatih dalam mengatur dan mengalokasikan waktu setiap hari. Pengaturan waktu yang baik membuat siswa mampu memisahkan kegiatan belajar dan kegiatan pribadi. Sehingga dengan menerapkan pemahaman kepada siswa tentang menejemen waktu siswa pun dapat menyadari pentingnya menejemen waktu dan dengan adanya efektivitas maka akan memadukan menejemen waktu dan efektivitas. Dengan demikian tujuan pun akan berpeluang besar untuk tercapai.
3. MINAT BACA DI INDONESIA
Bahasa adalah sebuah cara berkomunikasi yang digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ada dua cara dalam berbahasa, yaitu bahasa lisan dan juga bahasa tulis. Dalam bahasa tulisan maka akan terjadinya proses membaca sehingga membaca dapat diartkan oleh Iswara dan Harjasujana (1996, hlm. 3) yaitu membaca itu dipandang sebagai proses yang berkaitan dengan bahasa dalam bentuk telah lama ada. Tarigan (2008, hlm. 9)dalam Herliana, 2016)) mengungkapkan bahwa “tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.” Sehingga membaca merupakan proses yang berkaitan dengan tulisan dengan tujuan untuk memperoleh informasi. Hornby (1995: 699) dalam Alawiyah, Hendri and Apriliya, 2018)mengemukakan bahwa, “Reading is a look and understand something written or printed”. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Harris (dalam Haryanto, 2009: 11) bahwa, “Reading is a meaning full interpretation of printed or written verbal symbols”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa membaca merupakan aktivitas melihat dan memahami serta menginterpretasikan sesuatu berupa simbol-simbol tulisan atau cetakan.
Menurut Djamarah (2005: 24) dalam Agung and Bengkulu, 2014)), ”minat baca adalah keinginan dan kemauan kuat untuk selalu membaca setiap kesempatan atau selalu mencari kesempatan untuk membaca”. Minat baca perlu ditanamkan dan dipupuk pada diri setiap manusia (siswa), baik oleh diri sendiri ataupun oleh orang lain dengan tujuan agar prestasinya terus meningkat pada masa mendatang. Budaya Minat baca masyarakat Indonesia termasuk siswa-siswi kita masih rendah. Masyarakat kita lebih senang budaya lisan atau tutur. Kita belum menjadi society book reader.Kondisi ini berbeda dengan negara-negara di sekitar kita yang telah menjadikan membaca sebagai aktivitas rutin setiap hari. Kondisi ini tentu memicu rendahnya kemampuan membaca masyarakat kita.(Wahyuni, 2006) Belum terbentuknya kebiasaan atau Sekolah yang termasuk ke dalam masyarakat ilmiah, seharusnya siswa didesain untukmenumbuhkembangkan kegemaran membaca. Siswa sebagai kaum terpelajar dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan informasi terkini. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan pembiasaan membaca yang memadai.
Rendahnya minat baca masyarakat termasuk siswa-siswi kita menjadikan kebiasaan membaca yang rendah, dan kebiasaan membaca yang rendah ini menjadikan kemampuan membaca rendah. Rendahnya kemampuan membaca siswa-siswi kita antara lain tergambar dalam hasil riset berikut ini.
Laporan Bank Dunia No. 16369-IND, dan Studi IEA (International Association for the Evalution of Education Achievermen ) di Asia Timur, menunjukkan bahwa tingkat terendah membaca anak-anak dipegang oleh negara Indonesia. Kajian PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia yang disponsori oleh IEA ini menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia. Kajian PIRLS ini menempatkan siswa Indonesia kelas IV Sekolah Dasar pada tingkat terendah di kawasan Asia. Indonesia mendapat skor 51.7, di bawah Filipina (skor 52.6); scientific literacy). Studi PISA melaporkan bahwa 25% – 34% dari siswa Indonesia masuk dalam tingkat literasi-1. Artinya, sebagian besar siswa kita masih memiliki kemampuan membaca pada taraf ‘belajar membaca’. Siswa pada tingkat literasi-1 hanya mampu untuk membaca teks yang paling sederhana, seperti menemukan informasi yang ada di dalam bacaan sederhana, mengidentifikasi tema utama suatu teks atau menghubungkan informasi sederhana dengan pengetahuan sehari-hari. Sedangkan untuk taraf tingkat literasi-5, kurang dari 1% siswa Indonesia berada pada taraf tertinggi dari studi PISA ini. Artinya, hanya sedikit dari siswa kita memiliki kemampuan membaca yang canggih, seperti menemukan informasi yang rumit dalam teks y a n g t i d a k d i k e n a l s e b e l u m n y a , mempertunjukkan pemahaman yang terperinci, menarik kesimpulan dari informasi yang ada di dalam teks, dan mengevaluasi dengan kritis, membangun hipotesis, serta mengemukakan konsep yang mungkin bertentangan dengan harapannya sendiri.
Data lain juga menyebutkan hal yang sama. Pada dokumen UNDP dalam Human Development Report 2000 melaporkanh bahwa angka melek huruf orang dewasa di Indonesia hanya 65,5 persen, sedangkan Malaysia sudah mencapai 86,4 persen, dan negara-negara maju seperti Australia, Jepang, Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat umumnya sudah mencapai 99,0 persen. Dengan kondisi seperti itu, tidak heran bila kualitas pendidikan di Indonesia jugaburuk. Dalam hal pendidikan, survei The Political and Economic Risk Country (PERC), sebuah lembaga konsultan di Singapura, pada akhir 2001, menempatkan Indonesia di urutan ke-12 dari 12 negara di Asia yang diteliti. Hasil survey lembaga underbouw Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), UNESCO (United Nation Education Society and Cultural Organization), juga menemukan fakta: minat baca masyarakat Indonesia betul-betul rendah, bahkan paling rendah di Asia. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa minat baca masyarakat Indonesia khususnya di Kawasan Asia Tenggara saja menduduki peringkat keempat, setelah Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006 dapat dijadikan gambaran bagaimana minat baca bangsa Indonesia. Data itu menggambarkan bahwa penduduk Indonesia berumur di atas 15 tahun yang membaca koran hanya 55,11%. Masyarakat yang membaca majalah atau tabloid hanya 29,22%, buku cerita 16,72%, buku pelajaran sekolah 44,28% dan yang membaca buku ilmu pengetahuan lainnya hanya 21,07% (Hapsari, 2009: 30). Dengan data-data yang telah diketahui menunjukan bahwa minat baca masyarakat di Indonesia terbilang sangat rendah dan masih tertinggal oleh negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura.
4. PENYEBAB RENDAHNYA MINAT BACA DI INDONESIA
Pada dasarnya manusia memiliki minatnya tersindiri dari berbagai hal begitu pun dengan minat baca, setiap individu memiliki minat tersindiri dalam membaca denngan diiringi dengan berbagai genre atau macam-macam bacaan seperti membaca untuk menambah pengetahuan, membaca sebagai hiburan, atau bahkan membaca hanya karena sudah biasa. Namun demikian di Indonesia sendiri sudah terbukta bahwa minat bacan masyarakat Indonesia cukup rendah. Ada berbagai factor yang menyebabkan rendahnya minat baca di Indonesia seperti halnya Menurut Sutarno 2006: 56 dalam (Agung, 2014), menyatakan bahwa “rendahnya minat baca masyarakat Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh minimnya fasilitas-fasilitas pendukung, seperti jumlah perpustakaan yang tidak sesuai dengan rasio jumlah penduduk”. Selain itu, kehadiran televisi dan audio-visual lainnya begitu cepat dan inovatif, sehingga keadaan ini semakin meminggirkan tradisi baca di kalangan masyarakat Indonesia. Dilihat dari pernyataan beliau sudah jelas bahwa fasilitas yang diberikan kepada masyarakat masih kurang mendung, jumlah perpustakaan pun masih minim tidak di semua daerah di Indonesia terdapat perpustakaan yang mendung. Di sisi lain pun minat baca masyarakat di Indonesia masih di kalahkan dengan adanya game onlie atau pun penggunaan gadget yang tidak terkontrol.
Factor lainnya pun yang berada di lingkungan sekolah menurut Witanto, (2018) factor kurangnya minat baca di lingkungan sekolah adalah kurangnya failitas perpustakaan yang memadai dan terbatasnya buku yang tersedia di perpustakaan tersebuut, kurangnya model atau contoh yang baik dalam membaca dan kurangnya motivasi siswa dalam membaca. Dengan demikian minat baca di lingkungan sekolah pun masih sangat minim tidak adanya contoh yang baik menjadi factor utama dalam kurangnya minat baca di lingkungan sekolah.
Namun selain itu penyebab utama kurangnya minat baca di Indonesia karena masyarakat di Indonesia masih belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Sejalan dengan itu Idris M Noor, (2011) menyatakan bahwa “Masih kurangnya kesadaran peserta didik untuk memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan yang positif dan lemahnya kontrol serta kurangnya perhatian sekolah dan keluarga terhadap aktivitas anaknya sehingga makin banyak peserta didik yang tidak dapat memanfaatkan waktu luangnya untuk kegiatan yang positif baik di sekolah maupun di luar sekolah merupakan suatu masalah yang harus segera dipecahkan. Akibatnya, peserta didik sering melakukan tindakan-tindakan yang negatif dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu sebaiknya peserta didik di arahkan untuk memanfaatkan waktu dengan baik seperti halnya membaca dan lainnya.
5. CONTROLING WAKTU MEMBANGUN MINAT BACA
Pada dasarnya manusia hidup tidak lepas dari kekangan waktu, waktu terus berjalan seolah mengikuti, mengiringi bahkan seolah waktu sedang berlari, namun demikian sejatinya seorang insan harus mampu memanfaatkan waktu dengan baik karena waktu yang sudah lalu tidak akan kembali waktu yang sedang di lalui tidak akan menunggu dan waktu yang akan datang tidak akan pergi menjauh. Dengan demikian manfaatkan waktu dengan baik. Sejalan dengan itu cara memanfaatkan waktu pun ada berbagai cara. Cara yang berbeda dengan tujuan yang berbeda, focus pemanfaatkan waktu disini untuk membangun minat baca.
Cara yang pertama dengan melakukan time managent, time management adalah tindakan atau proses perencanaan dan pelaksanaan pantauan sadar atas sejumlah waktu yang digunakan untuk aktivitas khusus, terutama untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas (Singh & Jain, 2013 dalam(Gea, 2014)). Atau seperti dikatakan Humes (dalam Gea, 2014)), time management secara singkat dapat diartikan sebagai suatu seni mengatur, mengorganisasi, menjadwalkan, serta menganggarkan waktu seseorang untuk menghasilkan kerja lebih efektif dan produktif. Waktu adalah sumber daya berharga, tidak dapat diganti dan tidak dapat diubah. Maka dari itu, sangat perlu untuk menggunakan waku dengan bijaksana. Time management mencakup tindakan menata, menjadwal, mengorganisasi, dan mengalokasikan setiap waktu seseorang yang digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas hariannya. Dalam hal ini atur rancangan dan membuat perencana dalam membaca seperti hal nya membuat targetan sehari berapa buku yang dibaca atau berapa halaman yang dibaca dan membuat targetan jangka Panjang seperti dalam enam bulan atau dalam satu tahun di targetkan dapat khatam membaca buku sebanyak 20 buku.
Menurut teori David McClelland 1966 dikatakan bahwa kekuasaan (power), afiliasi (affilia-tion) dan prestasi adalah motivasi yang kuat pada setiap indivu. McClenlland mengajukan teori yang berkaitan dengan konsep belajar dimana kebutuhan di peroleh dari budaya dan dipelajari melalui lingkungnnya. Orang yang mempunyai motivasi prestasi yang tinggi, ciri-cirinya; memiliki semangat yang tinggi apanila unggul, menentukan tujuan secara realsitik, dan berani mengambil resiko yang besar. Dengan demikian dengan adanya motivasi yang tinggi dalam mengejar tujuan tentu saja akan menimbulkan semangat tinggi dalam mengejar tujuan tersebut, dalam hal ini belajar merupakan pokok utama dalam mengejar tujuan yang ingin di capai. Maka dengan belajar pula pentingnya membaca. Dengan memiliki motivasi yang tinggi itu dan dengan diiringi semangat yang membara maka akan timbul juga minat baca yang tinggi dalam mengejar tujuan tersebut. Namun dengan demikian pula perlunya keahlian tersendiri untuk dapat mengontrol waktu dengan baik dalam menjalankan misi tersebut untuk menggapai tujuan yang diinginkan.
Dengan terampilnya dalam time management dan memiliki motivasi tinggi dalam mengejar impian akan menjadi pondasi utama dalam membangun minat baca, kedua unsur tersebut sangat penting dalam proses membangun minat baca. Setelah minat baca dapat berdiri dengan sempurna, maka akan timbul kebiasaan tersendiri dalam membaca. Namun langkah pertama yang harus di ambil dalam menjalankan time management dan memadukan dengan adanya motivasi tinggi adalah dengan memaksakan diri untuk berproses, semakin lama memaksakan diri pun akan timbulnya kebiasaan dalam diri untuk membaca bukan sekeder mengejar impin tapi untuk membaca mencari ilmu-ilmu lainnya.
6. KESIMPULAN
Dengan demikian waktu merupakan pondasi utama dalam membangun minat baca, dengan mengatur waktu secara efektif baik dengan time menegemnt maupun dengan motivasi tinggi dalam menggapai tujuan maka akan terciptanya minat baca pada seorang individu karena waktu merupakan unsur penting dalam kehidupan, waktu yang sudah lalu tidak bisa kembali, waktu yang sedang di jalani tidak akan menunggu lama, dan waktu yang akan datang tidak akan lari jauh, maka manfaatkan waktu dengan baik untuk menciptakan minat baca. Sehingga minat baca akan tumbuh dengan menggendalikan waktu yang ada diiringi dengan motivasi tinggi yang. Namun dengan kurangnya motivasi yang rendah dalam menggapai tujuan juga akan menjadi penyebab rendahnya minat baca. Dengan demikian menejemen waktu menjadi pondasi utama dalam membangun minat baca.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, K. R. and Bengkulu, K. (2014) ‘( Studi Kasus di Taman Baca Masyarakat Cinta Baca , Kelurahan’.
Alawiyah, A. R., Hendri, E. and Apriliya, S. (2018) ‘PEDADIDAKTIKA : JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Model Inkaber sebagai Inovasi Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Menulis Permulaan Siswa Sekolah Dasar’, 5(2), pp. 141–151.
Gea, A. A. (2014) ‘Time Management: Menggunakan Waktu Secara Efektif dan Efisien’, Humaniora, 5(2), p. 777. doi: 10.21512/humaniora.v5i2.3133.
Iswara, P. D. (2014) ‘Teknik Membaca Buku Dengan Membuka-Buka Buku’, Mimbar Sekolah Dasar, 1(1), pp. 17–22. doi: 10.17509/mimbar-sd.v1i1.859.
Kholisa, N. (2012) ‘Journal of Social and Industrial Psychology’, 1(1), pp. 56–60.
Modifikasi, D. A. N. (2016) ‘PENERAPAN METODE ATM ( AMATI , BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL KETERAMPILAN MEMBACA PUISI’, 1(1), pp. 881–890.
Nurhidayati, D. D. (2016) ‘Peningkatan Pemahaman Manajemen Waktu Melalui Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Problem Solving pada Siswa’, 5(1), pp. 24–32.
‘PEMANFAATAN WAKTU LUANG PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH ATAS Idris M Noor email : idrishmnoor@yahoo.com Pusat Penelitian Kebijakan Balitbang Kemdikbud’ (2011).
Sandra, K. I. (2013) ‘Manajemen Waktu , Efikasi-Diri Dan Prokrastinasi’, 2(3), pp. 217–222.
Wahyuni, S. (2006) ‘Menumbuhkembangkan minat baca menuju masyarakat literat’, (1992), pp. 179–189.
Witanto, J. (2018) ‘Rendahnya Minat Baca Mata Kuliah Manajemen Kurikulum’, Jurnal Perpustakaan Librarian, (April). Available at: https://www.researchgate.net/publication/324182095_Rendahnya_Minat_Baca.
Terima kasih
ReplyDeleteGood
ReplyDelete