KETERAMPILAN BERTANYA
diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Mikro
Dosen
Pengampu : Drs. H. Ahmad Mulyadiprana, M.Pd.
Dwi Alia, M.Pd.
Oleh,
Kelompok
1
Milati
Hanifa (1700046)
Dewi
Supriati (1700155)
Fida
Nisya Amelia (1703865)
Rizqi
Abdul Majid (1704121)
3A
PGSD
PROGRAM S1
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan kepada kami dalam penyusunan
makalah ini. Sehingga tugas makalah dari
Mata Kuliah Pendidikan Mikro dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini
berjudul “Keterampilan Bertanya”.
Makalah ini disusun
sebagai bahan ajar bagi mahasiswa dalam rangka memperdalam wawasan dan
pemahaman tentang keterampilan dalam bertanya, yang mana pembahasan ini sangat
penting bagi kita sebagai calon guru SD.
Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan, tentunya masih banyak kekurangan, baik dari
segi materi maupun sistematika. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan guna memperbaiki penulisan makalah dimasa
mendatang. Terimakasih.
Tasikmalaya,
18 September 2019
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kedudukan guru mempunyai arti penting
dalam pendidikan. Hal ini bertolak dari tugas dan tanggung jawab guru yang
cukup berat untuk mencerdaskan anak didiknya. Kerangka berpikir yang demikian
menghendaki seorang guru untak melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan
yang diharapkan dapat membantu dalam menjalankan tugasnya dalam interaksi
deduktif. Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang mutlak harus
guru punyai. Keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh guru salah
satunya adalah keterampilan bertanya. (Djamarah, 2005)
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud keterampilan bertanya?
2. Bagaimana dasar-dasar pertanyaan yang
baik itu?
3. Bagaimanakah teknik yang benar dalam keterampilan
bertanya?
4. Apa saja komponen-komponen keterampilan
bertanya?
5. Apa saja jenis-jenis pertanyaan yang
diajukan oleh pendidik kepada peserta didik?
6. Apa kelebihan dan kelemahan dari
keterampilan bertanya?
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Inklusif. Selain itu, juga bertujuan agar megetahui mengenai: 1)
Definisi keterampilan bertanya, 2) Dasar-dasar pertanyaan yang baik, 3) Teknik
yang benar dalam bertanya, 4) Komponen-komponen keterampilan bertanya, 5)
Jenis-jenis pertanyaan, 6) Kelebihan dan kelemahan dari keterampilan bertanya.
1.4
Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis, belajar menyusun laporan
dan lebih mengetahui tentang keterampilan bertanya.
2. Bagi kalangan akademik,diharapkan
penyusunan laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan studi perbandingan serta
sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian dan pengembangan lebih lanjut.
3. Bagi kalangan umum, diharapkan penyusunan
laporan ini nantinya dapat bermanfaat dan dapat dipertimbangkan
pengembangannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Keterampilan Bertanya
Turney (dalam Majid, 2016)
mengemukakan 8 keterampilan dasar mengajar, yaitu sebagai berikut:
1.
Keterampilan bertanya yang mensyaratkan
guru harus menguasai teknik mengajukan pertanyaan yang cerdas, baik
keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut;
2.
Keterampilan memberi penguatan. Seorang
guru perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan
merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan perhatian;
3.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan, yang mensyaratkan guru agar mengadakan pendekatan secara pribadi,
mengorganisasikan, membimbing dan memudahkan belajar, serta merencanakan dan
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.
4.
Keterampilan menjelaskan yang mensyaratkan
guru untuk merefleksi segala informasi sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
Setidaknya, penjelasan harus relevan dengan tujuan, materi, sesuai dengan
kemampuan dan latar belakang siswa, serta diberikan pda awal, tengah, ataupun
akhir pelajaran sesuai dengan keperluan;
5.
Keterampilan membuka dan menutup
pelajaran. Dalam konteks ini, guru perlu mendesain situasi yang beragam
sehingga kondisi kelas menjadi dinamis;
6.
Keterampilan membimbing diskusi kelompok
kecil. Hal terpenting dalam proses ini adalah mencermati aktivitas siswa dalam
diskusi;
7.
Keterampilan mengelola kelas, mencakup keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan serta pengendalian kondisi
belajar yang optimal;
8.
Keterampilan mengadakan variasi, baik
variasi dalam gaya mengajar, penggunaan media dan bahan pelajaran serta pola
interaksi dan kegiatan (Buku Pengelolaann Kelas. Ade Rukmana dan Asep Sunary)
Menurut Turney (dalam
Majid, 2016) mengemukakan keterampilan bertanya yang mensyaratkan guru harus
menguasai teknik mengajukan pertanyaan yang cerdas, baik keterampilan bertanya
dasar maupun keterampilan bertanya lanjut.
Keterampilan bertanya
adalah kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam melakukan tanya jawab supaya
berjalan lancar dan kodusif. Keterampilan bertanya harus dilakukan dengan
berbagai variasi supaya saat melakukan tanya jawab siswa tidak merasa bosan
(Burhanuddin, A. 2017).
2.2
Dasar-Dasar Pertanyaan Yang Baik
1.
Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa
2.
Berikan informasi yang cukup untuk
menjawab pertanyaan
3.
Difokuskan pada suatu masalah atau tugas
tertentu
4.
Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk
berpikir sebelum menjawab pertanyaan
5.
Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh
murid secara merata
6.
Berikanlah respon yang ramah dan
menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya
7.
Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka
dapat menemukan sendiri jawaban yang
benar. (Usman, 2006: 75)
2.3
Teknik Bertanya
Bertanya
adalah salah satu teknik untuk menarik perhatian para pendengarnya, khususnya
menyangkut hal-hal penting yang menuntut perhatian dan perlu dipertanyakan. Ada
banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengajukan pertanyaan. Allah berfirman,
“Katakanlah, apakah Kami kabarkan kepada kalian tentang orang-orang yang rugi
dalam pekerjaan mereka?” (QS. Al-Kahfi:103). Pertanyaan ini tentu menarik
orang-orang yang mendengarnya untuk segera mengetahui tentang orang-orang yang
rugi dalam pekerjaan mereka. Kemudian Allah baru menjelaskan, “Mereka adalah
orang-orang yang sesat dalam usaha di dunia ini. Namun mereka menyangka bahwa
mereka telah bekerja dengan baik.” (Majid, 2016)
Kadangkala
pertanyaan itu perlu dilontarkan, sedang penanya sudah tahu jawabannya. Hal ini
dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan pelajaran kepada para pendengar. Ada
yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”. Bertanya
merupakan ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang yang dikenal.
Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang
merupakan hasil pertimbangan. Jadi, bertanya merupakan stimulus efektif yang
mendorong kegiatan berpikir. Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memainkan
peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik
pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif. Pertanyaan yang baik
terbagai menjadi dua jenis, yaitu pertanyaan menurut maksudnya terdiri dari:
Pertanyaan permintaan (compliance question), pertanyaan retoris (rhetorical
question), pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) dan
pertanyaan menggali (probing question). Pertanyaan menurut taksonomi Bloom,
yaitu: pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question),
pemahaman (comprehension question), pertanyaan penerapan (application
question), pertanyaan sintetis (synthesis question) dan pertanyaan evaluasi (evaluation
question). (Majid, 2016)
Untuk
meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar, guru perlu
menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika
menerima jawaban siswa juga harus menghindari kebiasaan seperti menjawab
pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, mengulang pertanyaan sendiri,
mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak, menentukan siswa yang harus
menjawab sebelum bertanya dan mengajukan pertanyaan ganda. Dalam proses
belajar-mengajar, setiap pertanyaan baik berupa kalimat tanya maupun suruhan
yang menuntut respons siswa sehingga dapat menambah pengetahuan dan
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, dimasukkan ke dalam golongan pertanyaan.
Keterampilan bertanya dasar dibedakan atas keterampilan bertanya dasar dan
keterampilan bertanya lanjut. (Majid, 2016)
Keterampilan
bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam
mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-komponen yang dimaksud adalah
pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan,
pemindah giliran, penyebaran, pemberian waktu berpikir dan pemberian tuntunan.
(Majid, 2016)
Menurut Turney (dalam Majid, 2016)
mengidentifikasi 12 fungsi pertanyaan seperti berikut:
a.
Membangkitkan minat dan keingintahuan
siswa tentang suatu topik;
b.
Memusatkan perhatian pada masalah
tertentu;
c.
Menggalakan penerapan belajar aktif;
d.
Merangsang siswa mengajukan pertanyaan
sendiri;
e.
Menstrukturkan tugas-tugas sehingga
kegiatan belajar dapat berlangsung secara maksimal;
f.
Mendiagnosis kesulitan belajar siswa;
g.
Mengomunikasikan dan merealisasikan bahwa
semua siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran;
h.
Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
mendemonstrasikan pemahaman tentang informasi yang diberikan;
i.
Melibatkan siswa dalam memanfaatkan
kesimpulan yang dapat mendorong mengembangkan proses berpikir;
j.
Mengembangkan kebiasaan menganggapi
pernyataan teman atau pernyataan guru;
k.
Memberikan kesempatan untuk belajar
diskusi;
l.
Menyatakan perasaan dan pikiran murni
kepada siswa.
2.4
Komponen Keterampilan Bertanya
1.
Keterampilan Bertanya Dasar
Keterampilan
bertanya dasar terdiri atas beberapa komponen yang perlu diterapkan oleh guru
dalam mengajukan berbagai jenis pertanyaan. Selanjutnya Mulyasa (2008:70-77)
mengemukakan tentang keterampilan bertanya dasar, sebagai berikut:
- Pertanyaan yang jelas dan singkat
Pertanyaan
perlu di susun secara jelas dan singkat, serta harus memperhitungkan kemampuan
berpikir dan perbendaharaan kata yang dikuasai peserta didik. Usahakan jangan sampai
peserta didik tidak didak dapat menjawab pertanyaan, hanya karena tidak
mengerti maksud pertanyaan yang diajukan atau karena pertanyaan yang panjang
dan berbelit-belit.
Coba
bandingkan pertanyaan dibawah ini:
(1)
Anak-anak, diantara kalian yang ada sekarang,
siapa yang tadi pagi menyikat gigi dahulu?
(2)
Anak-anak, siapa yang tadi pagi tidak
menyikat gigi?
Pertanyaan
pertama bisa menyulitkan peserta didik, karena terlalu terbelit-belit, dan
banyak kata ata kalimat yang diulang; sedangkan pertanyaan kedua lebih
sederhana, jelas, tetapi maksudnya sama.
- Memberi acuan
Dalam
pembelajaran di kelas sebelum mengajukan pertanyaan mungkin guru perlu
memberikan acuan berupa pertanyaan atau penjelasan singkat berisi informasi
yang sesuai dengan jawaban yang diharapkan. Melalui acuan ini dimungkinkan
peserta didik mengolah informasi untuk menemukan jawaban yang tepat.
Misalnya:
Binatang
ada yang hidup di darat, di air, dan di udara. Coba berikan beberapa contoh
binatang yang hidup di udara?
- Memusatkan perhatian
Pertanyaan
dapat digunakan untuk memusatkan perhatian peserta didik, disamping itu
pemusatan perhatian dapat juga dilakukan dengan mengetuk meja, mengetuk papan
tulis, dan tepuk tangan. Pemakaian pertanyaan untuk memusatkan perhatian
peserta didik perlu disesuaikan dengan kepentingan pembelajaran.
Misalnya:
(1)
Binatang apakah yang hidup di udara? Jawabannya bisa bermacam-macam. Pertanyaan
tersebut bisa dipustkan sebagai berikut: (2) Binatang apakah yang hidup di
udara, tetapi kalau siang bergelantungan di pohon?
Pertanyaan
kedua, memusatkan perhatian peserta didik terhadap binatang udara yang ketika
siang hari bergelantungan di pohon.
- Memberi giliran, dan menyebarkan pertanyaan
Untuk
melibatkan peserta didik semaksmal mungkin dalam pembelajaran, guru perlu memberi
giliran dalam menjawab pertanyaan. Guru hendaknya berusaha agar semua peserta
didik mendapat giliran dalam menjawab pertanyaan. Pemberian giliran dalam
menjawab pertanyaan, selain untuk melibatkan peserta didik secara maksimal
dalam pembelajaran, juga untuk menumbuhkan keberanian peserta didik, serta
untuk menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan. Pemberian giliran dalam
menjawab pertanyaan ini tidak harus selesai dalam satu kali pertemuan, tetapi
mungkin dalam dua atau tiga kali pertemuan . pelaksanaannya dipadukan dengan
teknik penyebaran pertanyaan.
Terdapat
perbedaan antara pemberian giliran dengan penyebaran. Pemberian giliran adalah
satu sosial dijawab secara bergilirran oleh beberapa orang peserta didik,
sedangkan penyebaran adalah beberapa pertanyaan yang berbeda disebarkan secara
bergiliran dan dijawab oleh peserta didik yang berbeda.
Skenario
pelaksanaannya dapat dilakukan sebagai berikut:
·
Ajukan pertanyaan kepada seluruh peserta
didik (kelas).
·
Beri kesempatan berpikir, kemudian tunjuk
salah seorang untuk memberi jawaban.
·
Ajukan jawaban tersebut kepada peserta
didik yang lain untuk ditanggapi.
·
Ajukan kembali pertanyaan berikutnya.
Misalnya:
·
Guru:
Dari lima calon yang memenuhi syarat, siapakah yang layak menjadi presiden?
·
Peserta
didik (berpikir sejenak).
·
Guru:
Coba kamu Budi?
·
Budi:
SBY, Pak.
·
Guru:
Bagaimana menurut pendapat Ani?
·
Ani:
Megawati pak, karena hanya dia
satu-satunya calon perempuan, dst…
- Pemberian kesempatan berpikir
Setelah
guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh peserta didik, perlu memberikan
kesempatan berpikir dalam beberapa saat sebelum menunjuk seseorang untuk
menjawabnya. Kesempatan berpikir diperlukan agar peserta didik dapat merumuskan
dan menyusun jawabannya. Jangan sekali-kali mengajukan pertanyaan dengan terlebih dahulu menunjuk peserta didik yang
harus menjawabnya. Hal tersebut, selain yang ditunjuk tidak memiliki kesempatan
berpikir, peserta didik yang lain bisa jadi tidak memperhatikan, karena mereka
sudah tahu siapa yang harus menjawab pertanyaan yang diajukan.
- Pemberian tuntunan
Dalam
menjawab pertanyaan, mungkin peserta didik tidak dapat memberikan jawaban yang
tepat, dalam hal ini hendaknya guru memberikan tuntunan menuju suatu jawaban
yang tepat. Hal ini dapat dilakukan sebagai berikut.
1)
Mengulangi pertanyaan dengan cara lain,
dan nahasa yang lebih sederhana, serta susunan kata yang lebih mudah dipahami
peserta didik.
Misalnya:
Guru
kelas I SD menunjukan lambang bilangaan 6 (enam) dipapan tulis. Lalu ditanyakan
kepada peserta didik, lambang bilangan berapa ini?
Peserta
didik diam, mungkin lupa. Guru mengajukan pertanyaan lagi sambil memperlihatkan
gambar himpunan yang jumlah anggotanya 6 (enam).
Berapakah
jumlah anggota himpunan ini ?
Para
peserta didik serentak menjawab, “enam”.
“Bagus!”
(guru memberikan penguatan)
“Jadi,
sekarang kalian ingat lambang bilangan berapakah ini?”
“Enam”
jawab peserta didik.
Selanjutnya
guru menjelaskan bahwa itu adalah lambang angka enam.
2)
Menawarkan pertanyaan lain yang lebih
sederhana, dengan jawaban yang dapat menuntun peserta didik menemukan jawaban
pertanyaan semula.
Misalnya:
Anak-anak,
pada pertemuan yang lalu ibu/bapak telah menjelaskan lambang dari angaka 1
(satu) sampai dengan 10 (sepuluh). Melalui permainan, kita terlatih
memasang-masangkan “lambang angka” pada himpunan-himpunan, yang anggotanya sama
dengan lambang angka tersebut. Untuk mengingat kembali, marilah kita ulangi
permainan itu. Guru membuat beberapa himpunan yang anggotanya meliputi 1 (satu)
sampai 10 (sepuluh) secara acak, kemudian peserta didik disuruh memasangkan
lambag angka yang sesuai dengan himpunan.
2.
Keterampilan Bertanya Lanjutan
Keterampilan
bertanya lanjutan menurut Usman, M. U. (2010:78-79) Keterampilan bertanya
lanjutan merupakan kelanjutan dari keterampilan bertanya dasar. Keterampilan
bertanya lanjutan yang perlu dikuasai guru meliputi: pengubahan tuntutan
tingkat kognitif, pengaturan urutan pertanyaan, pertanyaan pelacak, dan
peningkatan terjadinya interaksi.
a.
Pengubahan tuntunan tingkat kognitif
Pertanyaan
yang dikemukakan guru dapat mengandung proses mental yang berbeda-beda, dari
proses mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi. Oleh karena itu
guru dalam mengajukan pertanyaan hendaknya berusaha mengubah tuntunan tingkat
kognitif dalam menjawab pertanyaan dari tingkat mengikat kembali fakta-fakta ke
berbagai tingkat kognitif lainnya yang lebih tinggi seperti pemahaman,
penerapan, analisis sintesis, dan evaluasi. Guru dapat pula mengajukan
pertanyaan pelacak (probing).
b.
Pengaturan urutan pertanyaan
Untuk
mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya rendah yang lebih tinggi dan
kompleks guru hendaknya dapat mengatur pertanyaan yang diajukan kepada siswa
dari tingkat mengikat, kemudian pertanyaan pemahaman,penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Usahakan agar jangan memberikan pertanyaan yang tidak
menentu atau yang bolak-balik, misalnya sudah sampai kepada pertanyaan
analisis, kembali lagi kepada pertanyaan ingatan, dan kemudian melonjak kepada
pertanyaan evaluasi. Hal ini akan menimbulkan kebingungan pada siswa dan
partisipasi siswa dalam belajar dapat menurun.
c.
Pertanyaan pelacak
Jika
jawaban yang diberikan oleh siswa dinilai benar oleh guru, tetaoi masih dapat
ditingkatkan menjadi lebih sempurna, guru dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut. Beberapa teknik pertanyaan
pelacak yang dapat digunakan :
1.
Klasifikasi: jika siswa menjawab dengan
kalimat yang kurang tepat, guru dapat memberikan pertanyaan pelacak yang
meminta siswa tersebut untuk menjelaskan dengan kata-kata lain sehingga jawaban
siswa menjadi lebih baik.
2.
Meminta siswa memberikan alasan
(argumentasi) yang dapat menunjang kebenaran pandangannya dalam menjawab
pertanyaan guru.
3.
Meminta kesempatan pandangan; guru dapat
memberikan kesempatan kepada siswa lainnya untuk menyatakan persetujuan atau
penolakan disertai alasan terhadap jawaban rekannya, agar diperoleh pandangan
yang dapat diterima oleh semua pihak.
4.
Meminta kesempatan jawaban; guru dapat
meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban yang diberikannya bila dianggap
kurang tepat.
5.
Meminta jawaban yang lebih relevan; bila
jawaban siswa kurang relevan, guru dapat meminta jawaban yang benar dan relevan
dari siswa tersebut.
6.
Meminta contoh: bila siswa menjawab dengan
samar-samar, guru dapat meminta siswa untuk memberikan ilustrasi atau
contoh konkret tentang apa yang
dikemukakannya.
7.
Meminta jawaban yang lebih kompleks: guru
dapat meminta siswa tersebut untuk memberi penjelasan atau ide-ide penting
lainnya sehingga jawaban yang diberikannya menjadi lebih kompleks.
d.
Peningkatan terjadinya interaksi
Agar
siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab atas kemajuan
dan hasil diskusi, guru hendaknya mengurangi atau menghilangkan peranannya
sebagai penanya sentral dengan cara mencegah pertanyaan dijawab oleh seorang
siswa. Jika siswa mengajukan pertanyaan, guru tidak segera menjawab, tetapi
melotarkannya kembali kepada siswa lainnya.
2.5
Jenis-Jenis Pertanyaan
Terdapat beberapa cara
untuk menggolongkan jenis-jenis pertanyaan. Menurut Usman, M. U (2006, 75-76),
terdapat beberapa cara untuk menggolongkan jenis-jenis pertanyaan, terdiri atas
jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya dan jenis-jenis pertanyaan menurut
Taksonomi Bloom.
Jenis-jenis pertanyaan menurut
maksudnya, meliputi:
1.
Pertanyaan
Permintaan (Compliance Question), yaitu pertanyaan yang mengharapkan agar
siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan. Contoh: Amir,
maukah kamu menutupkan jendela yang di sebelah sana?
2.
Pertanyaan
Retoris (Rhetorical Question), yaitu pertanyaan yang tidak menghendaki
jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru. Hal itu merupakan teknik
penyampaian informasi kepada murid. Contoh: Mengapa beriman kepada malaikat
akan berdampak positif bagi kehidupan kita sehari-hari? Karena, dengan
mengingat adanya malaikat kita akan menyadari bahwa kehidupan di dunia ini
ternyata ada yang mengawasi setiap perbuatan kita.
3.
Pertanyaan
Mengarahkan/Menuntun (Prompting Question), yaitu pertanyaan yang diajukan untuk memberi
arah kepada murid dalam proses berpikirnya. Apabila siswa tidak menjawab
pertanyaan atau salah menjawab, hendaknya guru mengajukan pertanyaan lanjutan
yang akan mengarahkan/menuntun proses berpikir siswa sehingga pada akhirnya
siswa dapat menemukan jawaban dari pertanyaan pertama tadi.
4.
Pertanyaan
Menggali (Probing Question), yaitu pertanyaan yang akan mendorong siswa
untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan pertama. Dengan pertanyaan
menggali ini, siswa didorong untuk meningkatkan kualitas ataupun kuantitas
jawaban yang telah diberikan pada pertanyaan sebelumnya.
Jenis-jenis
pertanyaan menurut Taksonomi Bloom, meliputi:
1.
Pertanyaan
Pengetahuan (Precall Question atau Legde Question). Pertanyaan yang mengharapkan jawaban
sifatnya hafalan atau ingatan terhadap apa yang telah dipelajari siswa.
Kata-kata yang sering digunakan dalam menyusun pertanyaan pengetahuan adalah
apa, dimana, kapan, siapa, atau sebutkan. Contoh: Apa nama ibukota negara
Indonesia?
2.
Pertanyaan
Pemahaman (Comprehension Question). Pertanyaan yang menghendaki jawaban
yang bersifat pemahaman dengan kata-kata sendiri. Kata-kata yang sering
digunakan untuk menyusun pemahaman adalah jelaskan/uraikan dengan kata-katamu
sendiri, bandingkan. Contoh: Jelaskan dengan kata-katamu sendiri tentang
pertumbuhan dan perkembangan!
3.
Pertanyaan
Penerapan (Aplication Question). Pertanyaan yang menghendaki jawaban
untuk menerapkan pengetahuan atau informasi yang diterimanya. Contoh: Tunjukkan bukti bahwa islam
sangat memperhatikan kebersihan!
4.
Pertanyaan
Sintesis (Synthesis Question).
Ciri dari pertanyaan ini jawabannya yang benar, tidak tunggal, tetapi lebih
dari satu dan menuntut siswa untuk untuk membuat ramalan/prediksi, memecahkan
masalah dan mencari komunikasi. Contoh: Apa yang terjadi jika seorang manusia
tidak memiliki agama?
5.
Pertanyaan
Evaluasi (Evaluation Question). Pertanyaan
yang menghendaki siswa dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya
terhadap suatu isu yang ditampilkan. Contoh: Bagaimana penilaianmu tentang
politik di Indonesia?
2.6
Kelebihan dan Kelemahan Keterampilan
Bertanya
Beberapa keuntungan dan
kelemahan dalam proses keterampilan bertanya seorang guru di dalam kelas dalam
proses belajar mengajar.
Kelebihan dalam proses keterampilan
bertanya, meliputi:
a.
Seberapa jauh mata pelajaran dapat
diterima atau dipahami oleh siswa
b.
Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan
perhatian siswa, sekalipun sedang ribut atau yang mengantuk kembali tegar dan
akan hilang.
c.
Sikap siswa terhadap beberapa aspek yan
sedang dipelajari.
d.
Mempererat hubungan keilmuan antara guru
dan siswa.
e.
Mengembangkan keberanian dan ketempilan
siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat. (Amalia, 2014)
Kelemahan dalam proses keterampilan
bertanya, meliputi:
a.
Waktu sering banyak terbuang terutama
apabila siswa tidak dapat menjawab.
b.
Siswa merasa takut menjawab dan berpendapat,
apalagi jika guru kurang mendorong siswa untuk berani menjawab dan suasana
dalam keadaan yang tegang. (Amalia, 2014)
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Keterampilan bertanya adalah keterampilan
yang dimiliki seorang guru untuk mendapatkan jawaban atau umpan balik dari
pertanyaan yang di berikan. Keterampilan bertanya harus dilakukan bervariasi
supaya siswa tidak merasa bosan. Keterampilan bertanya memiliki tujuan yang
sangat penting bagi siswa. Selain memiliki tujuan, keterampilan bertanya juga
memiliki komponen-komponen tersendiri serta jenis-jenis pertanyaan yang
bervariasi yang dapat diterapkan seorang guru kepada siswanya.
Seorang guru harus memiliki keterampilan
bertanya karena bertanya merupakan kegiatan yang efektif dalam pembelajaran
untuk mendorong daya berpikir siswa. Saat melakukan kegiatan bertanya seorang
guru juga dapat memotivasi dan membuat siswa menjadi lebih aktif saat
pembelajaran.
3.2 Saran
Dari pembahasan yang telah dijelaskan,
penulis menyarankan kepada pembaca yang berprofesi sebagai guru dan calon guru
agar dapat menguasai keterampilan
bertanya ini karena keterampilan ini merupakan satu komponen penting
didalam memotivasi minat belajar pendidik.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, M. (2014). Belajar Dan Pembelajaran Keterampilan
Bertanya. Diakses dari internet: https://www.academia.edu/8233985/Makalah_Belajar_dan_Pembelaj
aran_KETERAMPILAN_BERTANYA
Burhanuddin, A.
(2017). Prinsip-prinsip Keterampilan Bertanya dalam Pembelajaran. Diakses dari
internet : https://afidburhanuddin.wordpress.com/2017/07/14/pri
nsip-prinsip-keterampilan-bertanya-dalam-pembelajaran/
Djamarah, S. B.
(2005). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta
Majid, A. (2016). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT
Rosdakarya
Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional Menciptakan
pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Usman, M. U. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Comments
Post a Comment