Topik 4 Aksi Nyata Filosofi Pendidikan

 PANCASILA SEBAGAI ENTITAS DAN IDENTITAS BANGSA INDONESIA

SERTA PERWUJUDAN  PROFIL PELAJAR PANCASILA PADA PENDIDIKAN YANG BERPIHAK PADA PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ABAD KE-21 

Risna Sri Wahyuni, S.Pd, Mursidah Rahmah M.Pd

Program Studi Pendidikan Profesi Guru, Guru Kelas, FKIP, Universitas Pakuan Bogor

ppg.risnawahyuni98@program.belajar.id 


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tantangan menghayati Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 dan mengetahui bagaimana Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem sekolah kelas IV. Metode penelitian ini menggunakan metode atau teknik observasi dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung di kelas IV SDN Julang. Hasil dari penelitian ini adalah untuk menghadapi tantangan dalam menghayati Pancasila sebagai Entitas dan Identitas serta pendidikan yang berpihak pada peserta didik diperlukan kerjasama yang baik antara peserta didik, guru, orang tua peserta didik serta dinas pendidikan terkait untuk memberikan iklim pembelajaran yang baik bagi peserta didik, kenyamanan belajar bagi peserta didik serta fasilitas yang baik bagi peserta didik.

Kata Kunci: Pancasila, Profil Pelajar Pancasila, Pembelajaran yang berpihak pada peserta didik


ABSTRACT

This research aims to determine the challenges of living up to Pancasila as the Entity and Identity of the Indonesian Nation and the realization of the Pancasila Student Profile in Education that Favors Students in 21st Century Education and knowing how Pancasila is the Entity and Identity of the Indonesian Nation and the realization of the Pancasila Student Profile in Education that is Taking Sides with Students in 21st Century Education in the grade IV school ecosystem. This research method uses observation methods or techniques where researchers carry out direct observations in class IV of SDN Julang. The results of this research are that to face the challenges of living Pancasila as an Entity and Identity as well as education that supports students, good cooperation between students, teachers, parents of students and related education agencies is needed to provide a good learning climate for students. comfortable learning for students and good facilities for students.

Keywords: Pancasila, Pancasila Student Profile, Learning that supports students



PENDAHULUAN

Pancasila sebagai dasar dan panduan hidup bagi masyarakat Indonesia telah menjadi identitas dan entitas bangsa sejak kemerdekaan Indonesia. Dalam perkembangannya, peran Pancasila sebagai pegangan nilai bagi seluruh elemen masyarakat perlu dijaga dan diperkuat, terutama di tengah arus globalisasi dan perubahan zaman. Pendidikan abad ke-21 menuntut perubahan paradigma dan metode pembelajaran yang dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik masa kini (Putu Arnyana, 2019). Dalam konteks ini, pembelajaran nilai-nilai Pancasila bukan hanya sebagai mata pelajaran formal tetapi juga sebagai bagian integral dari pengembangan karakter peserta didik. Pendidikan Pancasila yang berpihak pada peserta didik dapat membentuk generasi muda yang memahami dan menghayati nilai-nilai luhur bangsa. Profil Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,  dengan enam ciri utama: beriman bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia,  berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. 

Latar belakang masalah ini timbul dari dinamika kompleks dalam konteks pendidikan di Indonesia, yang semakin dipengaruhi oleh perubahan budaya global, kemajuan teknologi, dan pergeseran paradigma pendidikan di abad ke-21. Globalisasi, terutama melalui media sosial dan interaksi global, membawa dampak signifikan terhadap identitas bangsa, menghadirkan tantangan dalam menjaga keaslian dan keutuhan nilai-nilai Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia. Sementara itu, perubahan paradigma pendidikan yang berfokus pada peserta didik memunculkan pertanyaan krusial tentang bagaimana Pancasila dapat diintegrasikan secara efektif dalam model pendidikan yang lebih adaptif, kreatif, dan responsif terhadap kebutuhan individual. Ketidakseimbangan antara kemajuan teknologi dan kesiapan sistem pendidikan menciptakan risiko hilangnya nilai-nilai kultural dan moral dalam membentuk identitas pelajar. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman yang mendalam terhadap perlunya pengembangan profil pelajar Pancasila, tidak hanya melalui kurikulum yang tepat, tetapi juga melibatkan peran aktif sekolah, guru, dan partisipasi orang tua dalam mendukung pendidikan yang menghayati Pancasila sebagai pondasi utama karakter bangsa di era pendidikan abad ke-21.

Menghadapi era revolusi industri 4.0 bukan merupakan perkara mudah. Hal ini harus  disongsong dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang dapat adaptif dengan  tuntutan era revolusi industri 4.0. Menurut  (Zubaidah, 2018) Peranan lembaga pendidikan termasuk di dalamnya perguruan tinggi, memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia, yaitu dengan meningkatkan kompetensi lulusan yang memiliki keterampilan sesuai  tuntutan abad 21 (learning and innovation skill) di samping menguasai ilmu pengetahuan  dan teknologi sesuai dengan bidang yang digeluti. Keterampilan abad 21 yang dimaksudkan adalah setiap orang menguasai 4C yang merupakan sarana untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan di masyarakat pada abad 21 ini. Adapun keterampilan 4C yang dimaksud adalah keterampilan Communication,Collaboration, Critical thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation. 4C adalah softskill yang pada implementasi kesehariannya jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan penguasaan hardskill. 

Dari latar belakang di atas rumusan masalah yang didapatkan adalah tantangan apa yang dihadapi dalam menghayati Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21. Kemudian rumusan masalah yang selanjutnya adalah bagaimana Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas). Sehingga artikel ini bertujuan untuk mengetahui tantangan apa yang dihadapi dalam menghayati Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 dan ingin mengetahui bagaimana Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas).


METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode atau teknik observasi. Dalam menggunakan teknik observasi yang terpenting adalah mengandalkan pengamatan dan mencatat segala kondisi yang ada untuk membuktikan kebenaran informasi peneliti bertanya langsung kepada subyek penelitian. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan wawancara (interview) yang memberikan  jawaban atas pertanyaan itu ( J. Moleong, Lexy 2010:186). Sehingga peneliti melakukan pengamatan dan menganalisis hasil pengamatan yang dilakukan di sekolah kemudian melakukan verifikasi melalui wawancara atau interview kepada salah satu guru yang ada di sekolah tersebut. Oleh karena itu lokasi penelitian ini di SDN Julang Kota Bogor kelas IV. 


PEMBAHASAN

Tantangan dalam menghayati Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia serta perwujudan Profil Pelajar Pancasila dalam pendidikan abad ke-21 mencakup sejumlah aspek yang kompleks. Menurut Ahmad Syafii Maarif globalisasi membawa dampak signifikan terhadap identitas nasional, dimana budaya asing dapat dengan mudah meresap dan mengancam nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar negara. Selain itu, teori globalisasi dari Anthony Giddens menggarisbawahi bahwa kemajuan teknologi dan pertumbuhan media sosial dapat mempercepat penyebaran budaya global, menyulitkan upaya pemertahanan nilai-nilai lokal seperti Pancasila.

Sementara itu, menurut teori pendidikan abad ke-21 oleh Yong Zhao, tantangan dalam perwujudan Profil Pelajar Pancasila memerlukan pendekatan yang mengakui keunikan setiap peserta didik. Pendidikan harus mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan, minat, dan potensi masing-masing individu, sejalan dengan prinsip-prinsip Pancasila yang menekankan persatuan dalam keberagaman. Tantangan lain datang dari penelitian Michael Fullan tentang transformasi pendidikan, yang menunjukkan bahwa perubahan paradigma pendidikan menuju pembelajaran yang lebih berpusat pada Peserta didik membutuhkan dukungan penuh dari seluruh ekosistem pendidikan, termasuk guru, kepala sekolah, dan orang tua.

Gambar 1 Penerapan Profil Pelajar Pancasila

Pembiasaan Profil Pelajar Pancasila di kelas IV SD juga mencakup aspek penerapan teknologi dengan etika, Anak-anak diajarkan untuk menggunakan teknologi dengan bijak, memahami dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari, dan menggali potensi positifnya. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing peserta didik dalam mengembangkan literasi digital dan kepekaan terhadap isu-isu moral yang muncul dalam dunia digital. Dalam konteks ini, pendekatan pembelajaran tematik memberikan kesempatan bagi guru untuk mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam berbagai mata pelajaran. Setiap tema pembelajaran tidak hanya menjadi ajang peningkatan pengetahuan akademis, tetapi juga sebagai sarana untuk membentuk sikap, karakter, dan kepribadian yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.Pentingnya partisipasi orang tua juga tidak dapat diabaikan. Mereka diajak untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, memberikan contoh teladan, dan mendukung pembiasaan nilai-nilai Pancasila di rumah. Keterlibatan orang tua membantu menciptakan konsistensi dalam pembentukan karakter anak antara lingkungan sekolah dan rumah. 




Gambar 2 Penerapan 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking, dan Creativity)

Penerapan 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking, dan Creativity) di dalam kelas IV SD tidak selalu berjalan mulus, dan beberapa kendala dapat muncul dalam proses pembelajaran. Kendala yang sering dihadapi adalah kurangnya sumber daya teknologi yang memadai. Di kelas IV SD, keterbatasan akses terhadap perangkat teknologi atau internet dapat menjadi hambatan dalam mengaktifkan pembelajaran yang berorientasi pada 4C. Misalnya, ketika guru ingin melibatkan Peserta didik dalam proyek kolaboratif yang membutuhkan akses internet, namun fasilitas tersebut tidak tersedia atau tidak mencukupi di sekolah tersebut. Hal ini dapat menghambat pengembangan keterampilan kolaboratif dan kreativitas Peserta didik karena terbatasnya akses terhadap informasi dan sumber daya pendukung. 

Selain itu, perbedaan tingkat kemampuan dan minat Peserta didik dapat menjadi kendala lain. Tidak semua Peserta didik mungkin memiliki tingkat keterampilan atau minat yang sama dalam hal komunikasi, kolaborasi, pemikiran kritis, atau kreativitas. Beberapa Peserta didik mungkin merasa lebih nyaman dengan satu C daripada yang lain, sehingga memerlukan pendekatan diferensiasi yang cermat dari guru untuk memastikan setiap Peserta didik dapat mengembangkan keempat keterampilan tersebut secara seimbang. Mengatasi kendala-kendala ini memerlukan upaya kolaboratif antara guru, sekolah, dan pihak terkait, serta perencanaan yang matang agar penerapan 4C dapat menjadi pengalaman pembelajaran yang optimal bagi Peserta didik kelas IV SD.

Pancasila berperan sebagai entitas dan identitas Bangsa Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip fundamental. Dalam konteks pendidikan abad ke-21, Pancasila memegang peranan sentral dalam membentuk profil pelajar yang berpihak pada peserta didik di ekosistem sekolah, khususnya dalam kelas. Pancasila sebagai entitas bangsa menciptakan fondasi moral dan kultural yang kokoh, mengintegrasikan keberagaman budaya Indonesia dalam visi persatuan. Sebagai identitas, Pancasila mencirikan jati diri bangsa yang inklusif dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, keadilan, dan persatuan. Profil pelajar Pancasila yang diimplementasikan dalam pendidikan abad ke-21 di kelas mencakup pengembangan karakter, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis. Guru berperan sebagai fasilitator yang tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga membimbing Peserta didik dalam membentuk sikap moral dan etika yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Dalam konteks kelas, penerapan Pancasila sebagai identitas bangsa mengajarkan peserta didik untuk menghargai keberagaman, saling menghormati, dan bekerja sama secara inklusif. Guru juga mendorong penggunaan teknologi secara etis, sejalan dengan nilai-nilai Pancasila yang menekankan tanggung jawab dan integritas.

Dengan demikian, pendidikan abad ke-21 di kelas menjadi wahana untuk meresapi dan mewujudkan Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia. Profil pelajar Pancasila menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter, kepekaan sosial, dan kemampuan beradaptasi dalam era global yang berubah cepat. Melalui pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan menerapkan nilai-nilai Pancasila, diharapkan setiap anak bangsa dapat menjadi agen perubahan yang positif, membangun masa depan yang berlandaskan pada semangat kebhinekaan dan persatuan.


KESIMPULAN

Tantangan yang terjadi dalam pendidikan yang berpihak kepada peserta didik serta kurangnya penghayatan terhadap pancasila dapat diatasi dengan upaya bersama dari semua pihak terkait, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, guru, orang tua, dan masyarakat. Sistem pendidikan juga perlu terus berkembang untuk menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, sambil tetap memelihara akar budaya dan identitas nasional. Dengan sinergi dan komitmen bersama, Indonesia dapat membentuk generasi pelajar yang tidak hanya terampil secara akademis, tetapi juga kokoh dalam karakter dan memiliki kesetiaan pada nilai-nilai Pancasila sebagai pilar identitas dan entitas bangsa.

Upaya dalam mewujudkan pancasila sebagai Entitas dan Identitas bangsa Indonesia bukan hanya tentang mendidik, tetapi juga tentang membentuk pribadi-pribadi yang mampu menjaga dan menghidupkan kembali semangat Pancasila, menjadikannya tidak hanya sebagai ideologi, tetapi juga sebagai roh yang menggerakkan peradaban bangsa.




DAFTAR PUSTAKA

Arnyana, I. B. P. (2019). Pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi 4c (communication, collaboration, critical thinking and creative thinking) untuk menyongsong era abad 21. Prosiding: Konferensi Nasional Matematika dan IPA Universitas PGRI Banyuwangi, 1(1), i-xiii.

Zubaidah, S. (2018, October). Mengenal 4C: Learning and innovation skills untuk menghadapi era revolusi industri 4.0. In 2nd Science Education National Conference (Vol. 13, No. 2, pp. 1-18).

Firdiansyah, M. S. (2015). Manajemen Pengelolaan Wahana Rekreasi Olahraga Di Wisata Water Blaster Semarang Tahun 2013. ACTIVE: Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreation, 4(2).

Sholikin, A. (2013). Pemikiran Politik Negara Dan Agama “Ahmad Syafii Maarif.”. Universitas Airlangga.

Giddens, A., & Pierson, C. (1998). Conversations with Anthony Giddens: Making sense of modernity. Stanford University Press.

Faiz, A., & Kurniawaty, I. (2020). Konsep Merdeka Belajar Pendidikan Indonesia Dalam Perspektif Filsafat Progresivisme. Konstruktivisme: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 12(2), 155-164.



Comments

In Our Opinion and Learning