Guru harus menguasai berbagai pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi guru profesional. Pengetahuan di
bidang pelajaran yang diampu, keterampilan berkomunikasi secara efektif,
keahlian dalam membuat persiapan mengajar dan media pembelajaran, penguasaan
teknik penelitian tindakan kelas, dan beberapa kemampuan lain.
Undang-undang tentang guru dan dosen yaitu UU no 14
tahun 2005 menyebutkan empat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru
profesional. Diantaranya merupakan kompetensi pedagogik yaitu kemampuan di
bidang keguruan dan pengajaran.
Paedagogi berasal dari bahasa Yunani (paidagōgeō;
país:anak dan ági: memimpin) atau
paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak atau suatu ilmu dan seni
dalam mengajar anak-anak. Pedagogi juga dapat didefnisikan sebagai kajian
mengenai pengajaran, khususnya pengajaran dalam pendidikan formal.
Sedangkan menurut para ahli Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) menyatakan
bahwa pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah
tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak “mampu secara mandiri menyelesaikan
tugas hidupnya”. Ana Maria Gonzalez Soca mendefinisikan proses paedagogis
sebagai sebuah proses pendidikan yang menyoroti hubungan antara pendidikan,
pengajaran, dan pembelajaran yang bertujuan utnuk mengembangkan kepribadian
siswa agar mempersiapkan dirinya untuk menjalani kehidupan. Dan Gladys Valdivia
(1988) mendefenisikan proses paedagogis erat kaitannya dengan tujuan sosial
yang dikembangkan dan berhubungan satu sama lain. Unit dialektik yang ada di
antara pendidikan dan pengajaran, serta sifat umum pendidikan itu sendiri yang
menunjukan kehadiran paedagogi ada di dalam dan luar proses sekolah.
Dari pengertian dapat disimpulkan bahwa pedagogi
bertujuan mengembangkan kepribadian siswa agar mempersiapkan dirinya untuk
menjalani kehidupan
Tidak terlepas dari Pendidikan yang memeliki arti luas
dan sempit sama halnya seperti pedagogi. Objek kajian pedagogik meliputi pergaulan
pendidikan antara orang dewasa dengan anak-anak yang belum dewasa. Langeveld
menyebutnya “situasi pendidikan”. Proses pendidikan (pedagogik) berlangsung
sejak anak lahir hingga anak mencapai dewasa. Interaksi antara dewasa dengan
anak-anak dapat dikatakan situasi pendidikan jika proses interaksi itu diikuti
dengan tujuan pendidikan.
Tidak sebatas pedagogik terdapat juga andragogik dan
heutagogik. Kata andra memiliki arti orang dewasa. Istilah “dewasa” di sini
lebih ditafsirkan sebagai kedewasaan psikologis ketimbang “dewasa” dalam makna
kronologis. Andragogi muncul semula di Eropa pada tahun 1921 dan meluas
digunakan pada tahun 1960an di Perancis, Belanda dan Yugoslavia. Baik sebagai
seni maupun ilmu, andragogi esensinya adalah membantu orang dewasa agar mampu
belajar dan menjadi pembelajar. Program pembelajaran orang dewasa harus
mengakomodasi aspek fundamental.
Dalam istilah praktis andragogi berarti bahwa
pengajaran untuk orang dewasa perlu lebih berfokus pada proses dan kurang pada
konten yang diajarkan. Strategi seperti studi kasus, permainan peran, simulasi
dan evaluasi diri biasanya dipandang paling bermanfaat.
Dengan adanya kata agogos yang berarti memimpin dapat
didefinisikan bahwa andragogi memiliki tujuan yang sama dengan pedagogi hanya saja
dengan perbedaan objek. Terjadi perbaikan tingkah laku.
Malcolms S. Knowles (1970) membedakan kedua disiplin
ilmu andragogi dan pedagogi.
1. Pedagogi; Pembelajar disebut siswa atau anak didik.,
gaya belajar dependen, tujuan ditentukan sebelumnya, diasumsikan bahwa siswa
tidak berpengalamn dan/atau kurang informasi, metode pelatihan pasif, seperti
metode kuliah/ceramah, guru mengontrol waktu dan kecepatan, peserta
berkontribusi sedikit penglaman, belajar berpusat pada isi atau pengetahuan
teoritis, serta guru sebagai sumber utama yang memberikn ide-ide dan contoh
2. Andragogi; Pembelajar disebut peserta didik atau
warga belajar, gaya belajar independent, tujuan fleksibel, diasumsikan bahwa
peserta didik memiliki mengalaman untuk berkontribusi, menggunakan metode
pelatihan aktif, pembelajar mempengaruhi waktu dan kecepatan, keterlibatan atau
kontribusi peserta sangat penting, belajar terpusat pada masalah kehidupan
nyata, dan peserta dianggap sebagai sumberdaya utama untuk ide-ide dan
contoh.
Dari pedagogi dan andragogi ke huetagogi. Di bidang
pendidikan heutgogi (heutagogy), konsep yang pertama kali diciptakan oleh
Stewart dari Southern Cross University, merupakan studi tentang belajar yang
ditentukan oleh diri pembelajaran sendiri.
Menurut Stewart Hase dan Chris Kenyon,
permasalahannya, baik pada pedagogi maupun andragogi, tidak cukup jelas apakah
siswa atau peserta didik itu benar-benar belajar. Konsep diri yang menentukan
seseorang benar-benar belajar itu disebut heutagogi.
Titik tekan heutagogi khusus pada perbaikan belajar
cara belajar, dua keluk belajar (double loop learning), kesempatan belajar
universal proses non-linear, dan arah sejati diri pelajar. Jika andragogi
berfokus pada cara terbaik bagi orang dewasa untuk belajar, heutagogi juga
mensyaratkan bahwa inisiatif pendidikan termasuk peningkatan keterampilan,
sebenarnya yang belajar itu adalah masyarakat sendiri, mereka belajar cara
belajar dan juga belajar mata pelajaran yang diberikan itu sendiri.
Comments
Post a Comment